Saya tidak bisa menentukan judul untuk puisi ini
Suatu saat saya kembali untuk memberikan judulnya
Sementara bintang-bintang memilih diam.
Langkah-langkah pulang terasa lebih jauh,
meski jaraknya tak pernah berubah.
Tawa orang lain terdengar asing,
Seperti bahasa yang tak lagi kupahami.
Ada yang hilang dalam detak jam, bukan waktu,
Tapi sesuatu yang dulu hangat.
Kopi pagi ini tak punya rasa, bukan karena dingin,
Tapi karena ada yang tawar. Dan bayangan di cermin mulai menatap dengan mata yang tak lagi penuh cahaya.
Tak ada darah di tangan, tak ada parut di kulit,
tapi malam tahu segalanya, tentang diam yang berisik, tentang perih yang tak punya bentuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar