H.O.S Tjokroaminoto
Pada 16 Oktober 1905, tepatnya di Surakarta. Haji Samanhudi mendirikan organisasi yang bernama Serekat Dagang Islam, dulu kala memiliki tujuan untuk menghimpun kekuatan para pedagang Muslim supaya mampu bersaing dengan pedagang Eropa dan Tionghoa.
Diprakarsai oleh H.O.S Tjokroaminoto secara resmi Serekat Dagang Islam ( SDI ) yang didirikan oleh Haji Samanhudi, kemudian di kepemimpinan H.O,S Tjokroaminoto diubah menjadi
Serekat Islam ( SI ) pada 10 September 1912. Ada alasan dan pandangan H.O.S Tjokroanminoto mengubah nama organisa SDI menjadi SI adalah " untuk memperluas ruang gerak organisasi, agar tidak hanya bergerak di bidang ekonomi saja.
H.O.S. Tjokroaminoto secara resmi terpilih menjadi Ketua Central Sarekat Islam (CSI) pada Kongres Sarekat Islam kedua di Yogyakarta, tanggal 19-20 April 1914, akan tetapi pengaruh di era kepemimpinannya sebenarnya sudah dimulai sejak 1912 ketika ia memimpin cabang Surabaya dan mengubah wajah organisasi ini dari perkumpulan pedagang menjadi gerakan politik nasional yang masif.
Transformasi nama pertama. H.O.S Tjokroaminoto mengusulkan nama Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Tujuannya agar organisasi tidak hanya fokus pada ekonomi pedagang, tetapi bergerak lebih luas mencakup sosial dan politik umat Islam.
H.O.S. Tjokroaminoto resmi terpilih menjadi Ketua CSI, menggantikan Haji Samanhudi yang menjadi Ketua Kehormatan. Awal sejarah struktur organisasi dirapikan menjadi Centraal Sarekat Islam (pusat) dan Local Sarekat Islam (daerah).
Nasionalisme Pertama H.O.S Tjokroaminto dimulai atau bisa disebut "Kongres Nasional Pertama". SI mulai berani bicara politik secara terbuka. H.O.S Tjokroaminoto melontarkan gagasan Zelfbestuur (pemerintahan sendiri), menuntut agar pribumi dilibatkan dalam pemerintahan Hindia Belanda.
Kongres Ke-4 Oktober 1917 Jakarta
Pada Kongres ini merupakan salah satu titik balik paling krusial dalam sejarah pergerakan nasional. Dimana SI menegaskan tujuannya untuk mencapai kemerdekaan (berdirinya pemerintahan sendiri) dan melawan "kapitalisme yang jahat" (kapitalisme asing atau penjajah). Pada titik ini, pengaruh sosialisme mulai terasa kuat di kalangan anggota muda.Pecah Kongsi (Disiplin Partai)
Ini adalah momen paling kritis. H.O.S Tjokroaminoto dan Agus Salim memberlakukan Disiplin Partai. Anggota SI dilarang merangkap keanggotaan di organisasi lain. Tujuannya untuk mengusir anggota yang terpapar komunisme (ISDV).
Masa kepemimpinan H.O.S Tjokroaminoto diuji berat oleh penyusupan paham komunis yang dibawa oleh Semaun dan Darsono (anak didik Sneevliet).
SI Merah (Semarang): Dipimpin Semaun. Mereka lebih condong ke Marxisme-Komunisme dan menolak unsur agama yang dominan. Basisnya adalah buruh dan rakyat kecil di Semarang.
SI Putih (Yogyakarta/Pusat): Dipimpin H.O.S Tjokroaminoto dan H. Agus Salim. Tetap berlandaskan Islam dan kebangsaan.
Akibat aturan "Disiplin Partai" pada tahun 1921, kubu Semaun dan Tan Malaka terusir dari SI. Kelompok SI Merah ini kemudian memisahkan diri dan berganti nama menjadi Sarekat Rakyat, yang nantinya menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia (PKI).
Jadi itu ada cerita singkat dari H.O.S. Tjokroaminoto, cerita menjadi pemimpin resmi pada 1914, namun ia adalah "mesin" yang menggerakkan SI sejak 1912. Di bawah tangannya, SI menjadi organisasi politik modern pertama yang mengajarkan bangsa Indonesia tentang arti "pemerintahan sendiri" jauh sebelum Soekarno memproklamasikan kemerdekaan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar