Minggu, 23 November 2025

Absurddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

 


cicir dan caca



        Pagi itu, suasana di atas meja rias yang biasanya tenang mendadak berubah menjadi genting. Tuan Cermin, yang selalu merasa dirinya adalah benda paling aristokrat di ruangan itu, sedang mengalami serangan kepanikan tingkat tinggi. Ia berteriak tertahan, seolah-olah langit akan runtuh hanya karena sebuah insiden kecil di permukaan wajahnya.

        Tuan Cermin berseru dengan nada histeris bahwa ada bencana besar yang terjadi. Ia mengeluh panjang lebar mengenai sebuah noda sidik jari berminyak yang menempel tepat di bagian tengah tubuhnya. Baginya, noda sekecil itu adalah penghinaan terhadap estetika kejernihannya yang selama ini ia jaga dengan penuh martabat.

        Saudara Sisir, yang terbaring malas di sebelahnya, hanya mendengus pelan. Ia menatap Tuan Cermin dengan tatapan lelah. Saudara Sisir berkata dengan nada datar bahwa Tuan Cermin terlalu mendramatisasi keadaan. Menurut Sisir, itu hanyalah bekas jempol Nyonya pemilik kamar saat sedang terburu-buru memeriksa jerawat tadi malam, bukan sebuah kiamat.

        Tuan Cermin menolak untuk tenang. Ia membalas dengan angkuh bahwa Saudara Sisir tidak akan pernah mengerti penderitaannya. Ia berkata bahwa menjadi jernih adalah beban yang berat, sementara Saudara Sisir hidupnya jauh lebih santai karena kotoran di tubuhnya tersamar oleh warna hitam pekat badannya itu.

        Mendengar hal itu, Saudara Sisir tertawa sarkas. Ia bertanya apakah Tuan Cermin mengira pekerjaannya mudah. Saudara Sisir menjelaskan dengan bahasa yang sangat formal bahwa dirinya baru saja bertempur melawan serangan ketombe yang mengerikan dan gumpalan minyak rambut yang lengketnya melebihi lem perekat. Ia bahkan menyatakan kekhawatirannya bahwa jika Nyonya tidak segera mencucinya, ia akan mengajukan surat pengunduran diri sebagai alat penata rambut.

        Tuan Cermin bergidik ngeri membayangkan deskripsi jorok tersebut. Ia memohon agar Saudara Sisir menjauh sedikit darinya karena ia takut kuman-kuman itu melompat ke permukaannya yang suci. Ia sangat khawatir jika sampai tertular kotoran, pantulan wajahnya akan terlihat buram dan reputasinya sebagai penasehat kecantikan nomor satu di rumah itu akan hancur lebur.
Percakapan mereka beralih pada topik Nyonya pemilik kamar. Saudara Sisir bertanya apakah Tuan Cermin melihat gaya rambut baru yang dicoba Nyonya kemarin sore. Sisir berpendapat bahwa gaya itu adalah sebuah pelanggaran terhadap hukum fisika dan kesopanan.

        Tuan Cermin mengangguk setuju dengan penuh semangat. Ia berkata bahwa ia sudah berusaha memberikan peringatan visual. Ia sengaja memantulkan bayangan Nyonya dengan pencahayaan paling buruk agar Nyonya sadar bahwa sasakan rambut itu membuatnya terlihat seperti singa yang baru saja tersengat aliran listrik. Namun, usaha Tuan Cermin sia-sia karena Nyonya tetap merasa cantik.
Saudara Sisir menimpali bahwa ia yang paling menderita dalam kejadian itu. Ia dipaksa menarik rambut ke arah yang tidak wajar hingga pinggangnya terasa mau patah. Ia merasa Nyonya memiliki ambisi yang tidak sejalan dengan kapasitas akar rambutnya.

        Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan kasar. Kedua benda itu langsung terdiam dan memasang wajah benda mati yang profesional.
Nyonya pemilik kamar masuk dengan tergesa-gesa sambil membawa sebuah botol hairspray kaleng besar. Tuan Cermin menatap botol itu dengan horor dalam diam, karena ia tahu cairan lengket itu akan menyemprot ke mana-mana dan menodai wajahnya lagi. Sementara itu, Saudara Sisir hanya bisa pasrah, bersiap untuk kembali terjun ke medan perang rambut kusut yang penuh nestapa.

Di detik terakhir sebelum Nyonya menyemprotkan cairan itu, Saudara Sisir sempat bergumam pelan kepada Tuan Cermin, mengucapkan selamat menikmati mandi pagi yang lengket.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sumatera Utara

          Akhir tahun 2025 ini banyak sekali kejadin yang tidak di inginkan terjadi di negara konoha ini, anehnya kenapa setiap tahun itu ji...