Rabu, 29 Oktober 2025

MEMPELAJARI MENJADI PRIBADI YANG LEBIH BAIK


CERITA DARI MAKNA KUTIPAN DARI BUKU

Hayalan Sang Anak Sulung

Di tahun 2019, waktu zaman virus covid 19, ada seorang anak pertama dari keluarga sederhana, memiliki cerita sedih mulai dia lahir sampai proses dia menjadi dewasa. Kita beri nama anak itu Arga. Anak ini baru hidup bersama ibunya mulai tahun 2016.

 Arga, seorang anak laki-laki sulung, memegang sebuah impian. Bukan impian gemerlap yang bisa ia ceritakan dengan lantang, melainkan impian hening untuk menjadi versi terbaik dari dirinya. Ia menatap bahu ayahnya yang mulai menua dan punggung ibunya yang tak pernah lelah, dan ia tahu, masa depannya bukan hanya miliknya seorang. Namun, jalan itu terjal. Sebagai anak sulung, ia adalah jangkar sekaligus layar. Ia ingin jadi kuat, tapi seringkali ia tersesat.

    Hari-harinya di 2019 penuh dengan "hal-hal yang tidak penting". Ia menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, terseret arus pergaulan yang tak memberinya apa-apa selain tawa sesaat. Ia ingin belajar, tapi distraksi selalu menang. Ia ingin bekerja, tapi rasa malas selalu membujuk. Impiannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik terasa seperti bintang yang jauh, indah namun tak tergapai.

   Setiap malam, ia berbaring dengan rasa bersalah. Ia merasa telah membuang waktu, sumber daya paling berharga yang tak bisa ia minta kembali. Perlahan, ia mulai memahami arti "datang dan pergi". Ia melihat kesempatan-kesempatan baik datang, lalu pergi begitu saja karena ia tidak siap. Ia melihat teman-teman yang dulu sepertinya, kini datang dengan kabar kesuksesan baru, sementara ia masih di tempat yang sama. Ia sadar bahwa masa muda, kesehatan, dan waktu luang adalah hal-hal yang akan pergi sebelum ia menyadarinya. Kenyataan itu menamparnya.

"Maka jangan habiskan hidupmu untuk hal-hal yang tidak penting," bisikan itu menjadi mantra barunya.
Dimulai dari langkah kecil. Ia mematikan notifikasi media sosial. Ia mulai membuka buku, bukan gawainya. Warnet yang dulu ia pakai untuk bermain gim, kini berisi barisan kode yang ia pelajari (seperti yang terlihat di latar belakang foto itu). Waktu yang dulu ia habiskan untuk mengeluh, kini ia pakai untuk berolahraga.

Itu tidak mudah. Ada ratusan hari di mana ia ingin menyerah. Ada puluhan malam di mana ia meragukan dirinya sendiri. Tapi impian anak sulung itu, impian tahun 2019, terus mendorongnya untuk maju.

Tahun ini, lima tahun kemudian, Arga duduk di salah satu Universitas di Kalimantan Tengah. 
Dia membuka sebuah buku catatan. Buku itu adalah simbol impiannya di tahun 2019 yang baru bisa ia genggam hari ini. Ia menepatinya walaupun belum sempurna dengan kerja kerasnya sendiri. Ia tersenyum saat membaca halaman itu.

Kehidupan Hidup itu tentang datang dan pergi, maka jangan habiskan hidupmu untuk hal-hal yang tidak penting.

Ia akhirnya mengerti. Menjadi pribadi yang lebih baik bukanlah tentang pencapaian besar dalam satu malam. Itu adalah tentang ribuan keputusan kecil untuk fokus pada "hal yang penting", hari demi hari, hingga impian yang dulu terasa jauh itu, kini terwujud di tangannya. Ia telah melepaskan apa yang tidak penting, agar bisa menggenggam masa depan yang ia impikan. Dan perjalanan itu, akhirnya, dimulai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sumatera Utara

          Akhir tahun 2025 ini banyak sekali kejadin yang tidak di inginkan terjadi di negara konoha ini, anehnya kenapa setiap tahun itu ji...